Minggu, 12 Oktober 2014

Satam

Monumen Batu Satam
Batu satam sangat terkenal di Belitung. Batu berwarna hitam legam dengan lubang-lubang pada batuan. Memang batu satam sangat sulit ditemukan, baik di Belitung maupun di tempat lain. Namun selama ini masyarakat Belitung selalu menganggap batu satam sebagai pecahan dari meteorit. Padahal batu satam sebenarnya adalah pecahan dari permukaan Bumi yang terkena hantaman luar biasa dahsyat dari meteorit yang jatuh dari luar angkasa. Ketika hantaman itu mencerai-beraikan tanah dan batuan di permukaan Bumi, mereka terlontarkan dan sempat mengalami pelelehan akibat suhu yang sangat tinggi untuk kemudian membeku kembali sebagai batu satam atau dalam geologi istilahnya adalah tektit (tektite; dari bahasa Yunani yang bermakna ‘meleleh’).

Berikut bagaimana terbentuknya tektit (batu satam) yang diterjemahkan bebas dari wikipedia: tektit terdiri dari puing-puing terestrial (Bumi) yang terbentuk selama pembentukan kawah akibat hantaman meteorit. Selama kondisi ekstrim yang diciptakan oleh hantaman yang berasal dari luar angkasa itu, dampak hypervelocity (kecepatan yang sangat tinggi), tanah, sedimen atau batuan di permukaan Bumi entah meleleh, menguap, atau kombinasi dari keduanya, terlontar dari kawah hantaman meteorit. Setelah lontaran dari kawah, materi lelehan cair yang terbentuk berukuran milimeter hingga sentimeter itu ketika kembali memasuki atmosfer, lalu dengan segera menjadi dingin kembali membentuk tektite. Batuan atau tanah ini dapat terlontar hingga ratusan atau bahkan ribuan kilometer jauhnya dari lokasi tumbukan.

Secara teoritis tiap tumbukan benda langit memang memproduksi tektit. Namun kenyataannya sangat sedikit tektit yang masih dijumpai di sekitar kawah tumbukan pada saat ini. Tektit termuda dijumpai di Wabar, Saudi Arabia yang terbentuk kurang dari 2 abad silam. Jejak kawahnya pun masih ada meskipun hampir terbenam pasir ar-Rub’ al-Khali. Lebih dari 180 buah struktur hasil tumbukan benda langit yang telah teridentifikasi dan telah valid, tak semuanya seberuntung Wabar.

Chesapeake Bay
Pada saat ini secara umum hanya ada tiga kawah produk tumbukan benda langit yang masih mengandung tektit di sekelilingnya, yakni Chesapeake Bay (umur ±35 juta tahun, diameter 95 km) di AS, Ries (±14 juta tahun, diameter 24 km) di Jerman, dan Bosumtwi (±1 juta tahun, diameter 10 km). Populasi tektit terbesar ada di Australasia, meliputi hampir seluruh Asia Tenggara, dan sebagian Samudera Hindia terbentuk pada 0,8 juta tahun silam, tetapi belum ditemukan lokasi pasti kawah tumbukannya.

Batu satam adalah tektit, lebih spesifik secara teknis disebut bilitonite. Ini merupakan bagian dari tektit Australasia, yang terbentuk ±0,8 juta tahun silam. Bilitonite masih sekeluarga (dan juga seumur) dengan javanit di pulau Jawa (misalnya yang tersingkap di Sangiran) dan tektit Muong-Nong di Indocina. Tektit Muong-Nong ini unik, karena jauh lebih berat (hingga 20 kg) dan berlapis-lapis, yang menunjukkan posisi sumber pembentuknya tak jauh dari lokasi sebaran tektit ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar