Kayu Stigi

Kayu ini banyak sebutannya antara lain : Kayu Drini atau Kayu Stigi, Kastigi, Santiki atau santigi atau Mantigi dll. Dalam media Mistik Supranatural sejak jaman dulu Kayu Stigi sangat digandrungi banyak orang, bahkan sebagian masyarakat menganggap sebagai "Raja Kayu Bertuah", karena diyakini bertuah untuk keselamatan, anti black magic, anti gigitan ular dan dijauhi ular. Selain itu rendaman kayu dalam air juga berkhasiat mengobati penyakit perut.

Jika ditempelkan bagian tubuh yang tergigit atau tersengat binatang berbisa sperti ular dan kalajengking dapat melekat kemudian menghisap bisa yang berada di dalam tubuh korban hingga habis lalu kayu Stigi terlepas dari kulit dengan sendirinya. Di sisi lain, kayu Stigi jika berada di tangan orang yang berprilaku baik, dapat menjadi “pembangkit” kekuatan spiritualnya. Konon kayu stigi ini digunakan Sunan Nyamplungan untuk memukul ular edor yang menggigitnya pada saat mengadakan perjalanan di hutan Karimun Jawa sehingga Sunan Nyamplungan menjadi marah dan bersabda yang membuat ular edor menjadi rabun.

Sejak zaman dulu, kayu Stigi sudah banyak dimanfaatkan terutama oleh para jawara agar “tahan pukul” dan memperkuat pukulan. Dan istimewanya, meskipun sudah terjadi pergeseran orientasi hidup di zaman modern ini, stigi tetap populer meskipun untuk pemanfaatan yang berbeda. Pada saat ini aura stigi lebih difungsikan orang untuk meningkatkan daya kharisma dan wibawa terutama bagi para pemimpin. Kayu Stigi secara alami memang sudah memiliki energi dan daya metafisika tertentu. Kayu bertuah itu bukan hanya cerita belaka, bagi anda yang mampu menerawang akan tahu bahwa kayu ini memiliki kandungan energi metafisika yang cukup kuat dan umumnya bersifat menarik atau menyedot sehingga diharapkan apa yang diniatkan akan segera terwujud.

Pohon kayu Stigi dulu banyak dijumpai dipantai selatan Jawa khususnya dipantai Krakal sebelah timur Baron, Gunung Kidul, walaupun menurut beberapa orang, kayu ini juga ditemukan didaerah pantai lain. Akibat banyak dicari oleh banyak maka kayu ini terancam punah, kelangkaan ini membuat harganya sangat mahal, biasanya pohon Stigi ini tumbuh ditanah kapur yang banyak mendapat angin laut atau sering terendam air laut. Karakter kayunya keras, kuat dan dinamis, selain itu serat kayunya yang keras dan anti hama serta semakin lama dipakai akan semakin indah dan tua dengan kilap gesekan jari jemari. Kayu yang kering akan berbau harum bila digosok dengan ujung jari.

Dilihat dari habitat tumbuhnya ada 2 (dua) jenis Pohon Stigi :

1. Stigi Laut : Biasa tumbuh didaerah pesisir pantai, warnanya coklat tua dan semakin lama tersentuh tangan maka warnanya akan semakin tua/coklat tua kehitam-hitaman.
   Kayu Stigi Laut waktu muda warnanya putih agak kekuning-kuningan tapi lama kelamaan akan berubah menjadi coklat tua.
   
2. Stigi Darat : Biasa tumbuh dibukit-bukit tandus dan berbatu warna kayunya coklat kehitaman dan semakin lama akan semakin hitam.
   Karena tempat tumbuhnya dihimpit benda keras maka Kayu Stigi Darat memiliki serat/tekstur kayu lebih kasar atau tidak merata(Belang-belang).

Adapun dari segi warna ada 4 jenis Kayu Stigi yaitu :

1. Stigi Putih.

2. Stigi kuning.

3. Stigi Coklat.

4. Stigi Hitam / Stigi Lorek(Barek).

Kayu Stigi relatif ringan namun tenggelam dalam air, hingga ada mitos untuk pemakai kayu stigi atau pembawa kayu stigi jangan sekali kali masuk air karena bisa tenggelam. Secara umum semua Pohon Stigi, baik itu Stigi Darat, Stigi Laut dan Pohon Stigi yang lain-lainnya adalah jenis pohon yang sama dan kayunya sama-sama tenggelam di air termasuk serbuk hasil gergajian kayunya, hanya saja tempat tumbuh pohonnya yang berbeda-beda :

• Stigi Laut tumbuh di areal pesisir pantai dan Stigi Darat tumbuh dibukit-bukit atau dataran tinggi yang berbatu
• Stigi Laut cenderung mempunyai warna lebih terang dan cerah dibanding Stigi Darat yang mempunyai warna lebih tua dan kayunya lebih keras.
• Stigi Laut lebih tahan hama dibanding Sigi Darat.
• Stigi Laut anti rayap karena kayunya mengandung kimia garam.
• Stigi Darat mempunyai batang yang lebih dinamis dan mengandung kapur pada kayunya juga lebih rendah kadar airnya/kering, sehingga Stigi Darat kayunya lebih keras.

Adapun Tuah Kayu Stigi yang selama ini dikenal oleh masyarakat adalah :

1. Penyedot racun hewan berbisa seperti Ular, Kalajengking, Kelabang dll. yang terbaik adalah kayu dari pohon yang sudah tua dan kering. caranya ditempelkan potongan kayu stigi ke bekas gigitan atau sengatan beberapa lama.
2. Sebagai Anti Daya Negatif (Penangkal Santet, Guna-guna dsb).
3. Sebagai Mediator Kekebalan dan keperwiraan.
4. Meningkatkan Kharisma dan Kewibawaan.
5. Sebagai media pengisian Khodam/ Daya Energi untuk Keselamatan dan Kemudahan Rejeki.
6. Anti Racun kadar tinggi (Bila terjadi keracunan maka potongan kayu direbus lalu airnya diminum).
7. Menolak hama tumbuhan dan Tanah Sangar. Juga menolak hama tumbuhan, penyakit menular dan tanah sangar karena pengaruh jin jahat/black magic. 
8. Kayu ini bisa juga untuk mengobati penyakit kanker. Ambil serpihan (tatal) kayu stigi, rebus bersama rumput lidah ular-ularan, segenggam daun tapak dara dan adas pulowaras, penderita diminta minum 3 x sehari masing masing 1 gelas. 

Hasil penelitian tahun 1987-1989 di Fakultas MIPA UGM ( Universitas Gajah Mada) oleh drh. Oentoro dkk, dengan Chronometer/ foto aura menunjukkan energi yang terdapat pada Kayu Stigi, besarnya dua kali lipat dibanding energi Tosan Aji atau Pusaka. Jika energi pusaka pada level 50, energi kayu bertuah seperti kayu stigi mencapai level 100. Artinya, media kayu stigi lebih praktis dijadikan “pegangan” atau pemancar energi metafisika karena tidak ada pantangan tertentu saat membawanya. Kayu Stigi yang menempel pada tubuh (kalung, cincin, gelang, dan lain sebagainya) memunculkan aura orange dan merah menunjukkan kayu ini dominan unsur kekuatan ( vitalitas, harapan, dan emosi) . Energi dominan di kepala (otak) .

TUHAN tidak akan pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Setiap ciptaan memiliki manfaat. Dalam “bekerja” Tuhan melalui ciptaan-Nya. Misalnya, Tuhan menawarkan racun melalui ciptaan-Nya berupa kayu Stigi dan mengobati malaria melalui pohon Kina, dan sebagainya.