Rabu, 22 Oktober 2014

Batu Petir

Masih ingat kisah ‘Ponari’? seorang bocah berumur 10 tahun dari dusun Kedungsari, kecamatan Megaluh, kabupaten Jombang yang menghebohkan masyarakat setempat, bahkan masyarakat Indonesia sebab fenomena pada tahun 2009 ini juga diliput oleh berbagai stasiun televisi swasta dan nasional, hingga harus diturunkan Polri dan TNI untuk menertibkan masyarakat yang berbondong-bondong mengunjunginya dan bahkan konon ada juga yang berasal dari luar negeri.

Baiklah jika sudah mengingat peristiwa tersebut, kita tidak hendak membicarakan hal tersebut, yang hendak kita kupas disini adalah ‘batu’, ya jenis batu yang dipegang oleh Ponari. Jenis batu apakah itu? jika kita mencari gambar secara online dengan kata kunci (keyword) ‘batu petir’ atau ‘gigi petir’, niscaya kita akan menemukan beragam jenis batuan yang berbeda baik secara fisik maupun warnanya. Bingung? tentu saja bingung, setiap orang yang memiliki batu ‘apapun’ mengklaim dirinya memiliki ‘batu petir’. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan ‘batu petir’?


Dalam persepsi masyarakat batu petir atau gigi petir adalah batu yang dilontarkan dari langit ke bumi melalui kilatan petir, jika demikian apa bedanya dengan meteorite. Lalu berasal dari mana terbentuknya batu tersebut? Ternyata tidak seperti itu apa yang kita sebut dengan batu petir. Dalam istilah geologi terdapat istilah fulgurite, dan kemungkinan di antara pembaca belum pernah melihatfulgurite ini atau mungkin pernah melihatnya tetapi tidak menyadari apa itu.Fulgurite berasal dari bahasa latin ‘fulgur‘ yang berarti ‘kilat’ atau ‘petir’, batuan yang memiliki nama asing di telinga kita ini digolongkan ke dalam kelompok mineraloid Lechatelierite bentuknya seperti tabung gelas atau rekahan yang terbentuk oleh hantaman kilat ke dalam pasir kwarsa, silika, atau tanah. Gelas yang bisa saja terbentuk dari kabel listrik tegangan tinggi putus yang jatuh di atas permukaan tanah berpasir ini, disebut dengan lechatelierite, juga dapat terbentuk dari dampak hantaman meteorite pada permukaan bumi (dampak ini menghasilkan batu ‘satam‘?) atau dari letusan gunung berapi. Karena strukturnya amorfus maka digolongkan ke dalammineraloid.

Pada dasarnya semua petir yang menghujam ke dalam tanah dapat membentuk fulgurite, suhu sebesar 1800°C (3270 °F) mampu melelehkan pasir dan membentuk mineraloid dan sebagian besar petir mampu mencapai suhu hingga 2500°C. Karena kilatan petir hampir terjadi di seluruh permukaan bumi maka dimungkinkan dapat ditemukan dimanapun, tetapi jarang sekali yang bisa menemukan.

Ada 2 jenis ‘batu petir’ ini, fulgurite pasir dan fulgurite batu. Fulgurite pasir adalah yang paling umum, biasanya ditemukan di pantai atau daerah gurun yang mengandung pasir kering yang bebas dari lumpur atau tanah liat. Bentuknya menyerupai akar atau cabang ranting dengan struktur seperti tabung yang memiliki permukaan kasar, tertutup lelehan butiran pasir sebagian.

Bagian dalam ‘tabung’ pasir fulgurite mengkilap seperti kaca, hal ini diakibatkan oleh proses pendinginan yang cepat dan pemadatan pasir setelah sambaran petir. Ukuran dan panjangfulgurite tergantung pada kekuatan sambaran petir dan ketebalan lapisan pasir. Rata-rata berdiameter 1 atau 2 inci dengan panjang hingga 30 inci.

Lapisan atau kerak seperti kaca terbentuk pada batuan dari sambaran petir disebut fulgurites rock. Fulgurite ini ditemukan seperti urat (vein) atau lajur bercabang pada permukaan batu atau mengisi retakan yang sudah ada dalam batuan induk. Umumnya fulgurite batuan ditemukan di atas atau beberapa meter dari puncak gunung. Puncak gunung merupakan penangkal petir alamiah yang berulang kali dihancurkan oleh sambaran petir selama cuaca buruk. Fulgurite batu dapat ditemukan hampir di semua pegunungan. Jika kita beruntung, kita bisa menemukan kedua jenis fulgurite ini saat mendaki puncak gunung.


Sumber : Indonesian Gemstone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar