Kamis, 09 Oktober 2014

Meteorite



Mengapa meteorite digunakan dalam industri perhiasan batu mulia?
Sebelum itu kita coba pahami terlebih dahulu beberapa istilah tentang ‘batu’ dari luar angkasa ini.

  1. Meteorid adalah apa yang kita kenal dengan ‘batu’ saat berada di ruang angkasa dan mengorbit mengitari matahari sebelum berkurang kecepatannya karena pengaruh atmosfir bumi.
  2. Meteor adalah kilatan cahaya yang terlihat di langit hal ini terjadi karena batu angkasa tersebut (meteorid) menembus atmosfir bumi dan bagian luar batuan bergesekan dengan atmosfir bumi sehingga menjadi panas dan dari panas tersebut hingga menimbulkan cahaya, benda ini kita kenal dengan sebutan ‘bintang jatuh’.
  3. Meteorite adalah batuan yang terbentuk dimanapun dalam sistem tata surya kita atau angkasa raya sambil mengitari (orbit) matahari atau planet dalam waktu yang lama hingga akhirnya jatuh ke bumi sebagai suatu benda padat karena tertarik oleh medan gravitasi bumi.
Untuk dapat dengan mudah melihat ‘bintang jatuh’ kita harus ke daerah yang pencahayaan listriknya minimal di daerah tersebut, sebisa mungkin jauh dari cahaya kota, lalu pilih satu malam yang sedang tidak berawan (cerah), tentukan posisi pengamatan yang nyaman untuk dapat mengamati langit di atas kita, jika beruntung kita akan dapat melihat ‘bintang’ (padahal bukan) yang bergerak dan melintas bercahaya di atas langit.

Hujan meteor adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika sejumlah meteor terlihat bersinar pada langit malam. Meteor ini terjadi karena adanya serpihan benda luar angkasa yang dinamakan meteoroid, yang memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi. Ukuran meteor umumnya hanya sebesar sebutir pasir, dan hampir semuanya hancur sebelum mencapai permukaan Bumi. Serpihan yang mencapai permukaan Bumi disebut meteorit. Hujan meteor umumnya terjadi ketika Bumi melintasi dekat orbit sebuah komet dan melalui serpihannya. Peristiwa ini biasanya dapat terlihat di langit Indonesia pada pertengahan bulan Desember, pada puncaknya (ZHR: zenithal hour rate) bisa mencapai 90 atau 1 setiap 40 detik.

Sebagian besar permukaan bumi terdiri dari air, oleh sebab itu hampir 70% meteorite yang jatuh di bumi hampir dapat dipastikan sebagian besar jatuh di lautan, danau atau sungai, prosesnya boleh dikatakan seperti ini dari meteoride (ke-) meteor lalu (ke-) meteorite. Jika sebuah meteor tidak terbakar habis dalam proses jatuhnya di atmosfir dan mendarat di permukaan bumi, kita boleh menyebutnya batu meteorite.

Hampir 600 metrik ton meteorite telah tercatat ditemukan di seluruh permukaan bumi, dan jika kita bandingkan dengan produksi emas atau intan dunia, yaitu total meteorite dunia yang pernah ditemukan ialah kurang dari setengahnya dari 1% produksi emas dalam kurun waktu 100 tahun terakhir. Penambangan intan di cadangan tambang intan yang dimulai sejak tahun 1870 setelah penemuan pertama tambang intan di Afrika selatan, produksinya semakin meningkat sejalan dengan waktu dan sekarang terakumulasi hingga 900 metrik ton telah ditambang sejak itu. Dari uraian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa meteorite pada dasarnya bersifat ‘jarang’ atau ‘langka’ dibanding dengan ‘emas’ atau ‘intan’.

Darimana asal meteorite? dari langit, jawaban singkatnya seperti itu. Tapi secara spesifik batuan ini berasal dari apa dan darimana? jawaban spesifiknya akan seperti ini, bisa saja berasal dari puing/serpihan komet yang melintas di sistem tata surya kita, bisa dari asteroid atau pecahan asteroid, bisa pula berasal dari dampak tabrakan komet di bulan atau planet terdekat kita yaitu Mars dan yang terakhir ini jarang sekali terjadi.

Terdiri dari unsur apa meteorite itu?
  • Batu
  • Campuran batu dan besi
  • Besi
Semua meteorite yang pernah ditemukan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori tersebut.

Meteorite yang digolongkan ‘batu’ dapat digolongkan menjadi:

  • Chondrite (terdiri dari chondrules)
  • Achondrite (dengan tanpa chondrules)

Chondrite merupakan batuan meteorit yang belum berubah karena proses peleburan di atmosfir atau menjadi berbeda dengan unsur awalnya. Chondrite ini terbentuk saat berbagai jenis debu-debu angkasa bertambah besar membentuk asteroid sederhana. Komponen yang paling menonjol dalam chondrite adalah chondrule, benda berukuran milimeter yang berasal dari cairan di ruang angkasa.


Kebanyakan chondrule kaya akan mineral silikat ‘olivin‘ dan ‘piroksen‘. Chondrite juga mengandung inklusi tahan api (termasuk inklusi Ca-Al), yang merupakan salah satu obyek tertua yang terbentuk di tata surya, partikel kaya logam Fe-Ni dan sulfida, dan butiran yang terisolasi dari mineral silikat.

Sebagian besar meteorit yang ditemukan di permukaan Bumi 86% adalah chondrite. Saat ini terdapat lebih dari 27.000 koleksichondrite di dunia. Satu batu meteorite terbesar yang pernah ditemukan beratnya 1.770 kg, yang merupakan bagian dari hujan meteor ‘Jilin’ pada tahun 1976 di bagian timur Cina sebelah utara.

Masuknya Chondrite ke atmosfir bumi berkisar dari hanya satu batu saja hingga berupa hujan meteor yang luar biasa yang terdiri dari ribuan batu, seperti yang pernah terjadi di Holbrook pada musim gugur 1912, di mana sekitar 14.000 batu menghujani Arizona utara.

Bukti pertama bahwa pada meteorite ada mengandung ‘intan’ diterbitkan pada tahun 1888 oleh Jerofejev dan Lacbinov. Dalam sebuah batuan meteorite achondrite yang jatuh pada bulan September 1886, dekat Novo Urei, Russia, mereka menemukan butiran keabuan yang dianggap intan. Seorang mineralogist terkenal dari Amerika, Kunz, telah mendapatkan sepotong kecil meteorite yang sama dan membuktikan kesimpulan mereka. Seberat 200 pon meteor diperiksa, dan specimen (contoh) tersebut tampak mengandung intan. Setelah serangkaian percobaan dilakukan, Mr. Kunz berkata bahwa ini benar-benar intan, “atau suatu substansi dengan kekerasan, warna dan kilau yang sama dengan sebuah intan.”

Setelah memahami hal ini, wajarlah bagi kita untuk memasukkan batu meteor (meteorite) ke dalam kelompok batu mulia dikarenakan keunikan, kelangkaan, kualitas dan berbagai karakteristik lain yang terkandung didalamnya. Belum lagi jika kita memahami budaya leluhur kita yang konon telah mampu membuat perhiasan atau senjata semisal keris yang terbuat dari bahan yang berasal dari luar angkasa.

Perlu diingat, meteorite berbeda dengan moldavite atau tektite, sebab dua yang terakhir ini merupakan batuan hasil atau dampak dari tumbukan benda ruang angkasa (bisa dari tumbukan meteorite) yang menyebabkan batuan bumi atau unsur mineral yang terkandung dalam tanah di sekitar tumbukan tersebut meleleh lalu membeku kembali menjadi batuan dengan unsur yang berbeda dari sebelum peristiwa tumbukan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar