Maraknya kebiasaan sebagian umat untuk mengharamkan sesuatu tanpa mengetahui seluk beluk sesuatu menjadikan masyarakat seperti terkungkung ke dalam mental. Hal ini membuat jiwa masyarakat menjadi kerdil, agama dibuat sebagai metode untuk membebaskan jiwa dan memberikan tuntunan bagi jiwa untuk hidup lebih baik. Namun yang dilakukan orang malah sebaliknya, merasa sebagai yang paling mengerti dan paling benar tapi yang mereka bicarakan itu sebenarnya adalah hawa nafsu mereka sendiri namun dicocology dengan agama sebagai sandaran pembenaran.
Begitu banyak contoh kasus yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, namun saya di sini tidak ingin membahas hal itu. Saya di sini hanya ingin meluruskan tentang keraguan maupun tentang pandangan sinis sebagian orang tentang batuan.
Lho memang kenapa dengan batuan.....?
Well, sebagian dari masyarakat kita menghubungkan batuan dengan hal musyrik dan jahiliyah. Sebagian lagi mengatakan bahwa batuan itu dihuni jin, setan dan khodam sesat lainnya. Walaupun begitu banyak penjelasan dari sisi ilmiah kontemporer dan bagaimana aplikasi batuan pada teknologi modern dengan kata kunci piezoelektrik, namun sekarang kita hanya lihat bagaimana pandangan Nabi SAW dan apa yang menjadi pendapat para Ahli Agama Islam dalam hal ini.
NABI MEMAKAI CINCIN
Rasulullah Saw bersabda, “Pakailah cincin Akik. Sesungguhnya selama kalian memakai cincin Akik maka kesedihan dan kegalauan tidak akan masuk dalam hati kalian.” (Uyun Akhbar ar-Ridha, 2/47, Wasail, 5/86, Makarim al-Akhlak, hal 87 dan Sahifah ar-Ridha, hal 62)
Sebuah hikayat tentang akik yaitu Batu Yaman Merah, disebutkan bahwa batu ini berasal dari Nabi Muhammad SAW sewaktu beliau dan para pengikutnya dari Madinah mau jalan ke Mekkah beliau mengambil sejumput pasir, Lalu pasir tersebut ditebarkan beliau disudut kota Mekkah untuk dibersihkan dari bebagai macam rintangan, dan kemudian pasir yang ditebarkan beliau menjadi batu yang kini diberi nama Batu Yaman.
Menurut riwayat Ja’far ibnu Muhammad dari ayahnya tentang wasiat Rasulallah Saw kepada Imam Sayyidina Ali Ra. “ Hai Ali gunakanlah cincin di jari sebelah kanan, karena itu merupakan keutamaan dari Allah Azza wa jalla bagi orang-orang yang dekat kepadanya (Al’Muqarrabin )
Sayyidina Ali Ra bertanya : Dengan apa Ya Rasululloh ?.. maka Rasulullah Saw menjawab : Dengan Akik Merah ( Batu Yaman Merah ) karena Akik merah itu gunung pertama yang pasrah kepada rububiyah Allah. Dan ia merupakan batu pertama yang menerima Nubuwat Nabi dan batu pertama yang menerima wasiatku kepadamu dan Imamah kepada anak-anakmu dan Akik Merah untuk pengikutmu di surga dan merupakan neraka bagi musuh-musuhmu.
Sayyidina Ali ra berkata : Gunakanlah cincin akik yaman, niscaya akan membawa keberkahan bagimu dan menjadikan kamu aman dari musibah. dalam suatu riwayat disebutkan Nabi Muhammad Saw dan Imam Sayyidina Ali Ra menggunakan 4 batu mulia yaitu :
Akik Yaman ( batu akik yaman merah atau hitam ) yang bertasbih memohon perlindungan kepada pemiliknya, Fairuz Naishabur ( Batu Piruz Persia ) yang bertasbih memohon pertolongan kepada pemiliknya, Yakult ( Batu Yakut ) yang bertasbih memohon kesehatan kepada pemiliknya serta Hadidu Sein ( Batu Badar Besi atau batu meteor ) yang bertasbih memohon kekuatan kepada pemiliknya.
”Pada suatu hari Rasululloh keluar dari rumahnya dan memakai cincin Jaza Yamani di tangan kanannya, kemudian beliau melakukan shalat berjamaah bersama kami, selesai shalat beliau memberikan cincin itu kapadaku dan berkata :” Wahai Ali, pakailah cincin ini di tangan kananmu dan lakukanlah shalat dengannya, sesungguhnya shalat satu kali dengan akik yamani ini sama dengan 70 kali shalat. Dan sesungguhnya batu ini senantiasa bertasbih dan beristigfar dan pahalanya dihadiahkan untuk orang yang memakainya ”
Dalam redaksi hadist yang lain berbunyi :” Dari Imam Amirul Mukminin Ali as, wahai syiahku pakailah cincin Al-jaza Al-Yamani karena sesungguhnya akik ini dapat menolak tipu daya dan gangguan setan-setan (dari kitab al kafi hal: 472,wasa’ ilu al-syi’ah halaman 96 dan berbagai kitab karangan imam Ali )
Dari riwayat Al’Jahidz Mengatakan bahwa Nabi Adam, Idris, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ilyas, Ya’kub, Sulaiman, Yusuf, Danial, Yusya, DzulQarnain, Yunus, Luth, Hud, Syaib, Zakaria, Yahya, Shalih, Uzair, Ayub, Lukman, Isa, dan Nabi Muhammad menggunakan cincin ditangan kanannya. Hal yang serupa dikemukakan Hadist oleh Bukhari dan Turmudzi.
Berikut beberapa hadis yang menceritakan cincin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Pertama, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
كان خاتم النبي صلى الله عليه وسلم من ورق وكان فصه حبشيا
Cincin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terbuat dari perak, dan mata cincinnya berasal dari Habasyah (ethiopia). (HR. Muslim 2094, Turmudzi 1739, dan yang lainnya).
Kedua, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
أن النبي صلى الله عليه وسلم اتخذ خاتما من فضة فكان يختم به
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan cincin dari perak, dan beliau gunakan untuk menstempel suratnya. (HR. Ahmad 5366, Nasai 5292, dan sanadnya dinilai shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
Ketiga, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
كان خاتم النبي صلى الله عليه وسلم من فضة فصه منه
”Cincin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari perak, dan mata cincin juga dari bahan perak.” (HR. Bukhari 5870, Nasai 5198, dan yang lainnya).
Keempat, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan
كان نقش خاتم رسول الله صلى الله عليه وسلم ( محمد ) سطر و ( رسول ) سطر و ( الله ) سطر
Ukiran mata cincin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertuliskan: Muhammad [محمد] satu baris, Rasul [رسول] satu baris, dan Allah [الله] satu baris. (HR. Turmudzi 1747, Ibn Hibban 1414, dan semakna dengan itu diriwayatkan oleh Bukhari 5872)
Dalam riwayat lain dijelaskan,
أن النبي صلى الله عليه وسلم أراد أن كتب إلى كسرى وقيصر والنجاشي فقيل له : إنهم لا يقبلون كتابا إلا بخاتم فصاغ رسول الله صلى الله عليه وسلم خاتما حلقته فضة ونقش فيه محمد رسول الله فكأني أنظر إلى بياضه في كفه
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menulis surat ke Kisra (persi), Kaisar (romawi), dan Najasyi (Ethiopia). Kemudian ada yang mengatakan, ’Mereka tidak mau menerima surat, kecuali jika ada stempelnya.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat cincin dari perak, dan diukir tulisan Muhammad Rasulullah. Saya melihat putihnya cincin itu di tangan beliau. (HR. Ahmad 12738, Bukhari 5872, Muslim 2092, dan yang lainnya).
Kelima, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,
اتخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم خاتما من ورق فكان في يده ثم كان في يد أبي بكر ويد عمر ثم كان في يد عثمان حتى وقع في بئر أريس نقشه : محمد رسول الله
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat cincin dari perak. Pertama beliau yang memakai, kemudian dipakai Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian dipakai Utsman, hingga akhirnya kecemplung di sumur air Arisy. Ukirannya bertuliskan: Muhammad Rasulullah. (HR. Bukhari 5873, Muslim 2091, Nasai 5293, dan yang lainnya)
Keenam, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ، وَنَقَشَ فِيهِ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، وَقَالَ: «إِنِّي اتَّخَذْتُ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ، وَنَقَشْتُ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، فَلاَ يَنْقُشَنَّ أَحَدٌ عَلَى نَقْشِهِ»
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat cincin dari perak, dan diukir: Muhammad Rasulullah. Kemduian Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku membuat cincin dari perak, dan aku ukir Muhammad Rasulullah. Karena itu, jangan ada seorangpun yang mengukir dengan tulisan seperti ini.” (HR. Bukhari 5877)
Batuan Akik sebenarnya ditemukan di banyak negara termasuk Yaman, India, Iran dan Cina dalam beragam warna merah, kuning, abu-abu condong ke warna biru, dan putih. Namun hadits hanya menceritakan tentang batu Akik Yamani yaitu batu yang berasal dari Yaman.
Ibnu Shahr Ashub meriwayatkan (Manaqib, 3/87, Bihar al-Anwar, 42/61 dan Mustadrak, 3/293) :
اِنَّهُ هَبَطَ جِبْرَئِيْلُ عَلَى رَسُولِ اللّهِ فَقَال يَا مُحَمَّد ربي يقرئك السلام وَ يَقول لك البس خاتمك بيمينك و اجعل فصه عقيقا و قل لابن عمك يلبس خاتمه بيمينه و يجعل فصه عقيقا فقال عليّ (ع) يا سول الله (ص) وما العقيق؟ قال (ص)؛ جبل في اليمن
Pada satu hari malaikat Jibril turun menghadap Rasulullah Saw dan berkata, “Tuhanku menyampaikan salam kepadamu dan berfirman untuk memakai cincin di tangan kanan dan memasang batunya dari Akik dan katakan kepada sepupumu (anak pamanmu; Imam Ali as) untuk memakai cincin di tangan dan memasang batunya dari batu Akik, kemudian Ali as bertanya, Ya Rasulullah Saw! Apa itu Akik? Rasulullah Saw berkata, “Akik adalah sebuah gunung di Yaman.”
Pada suatu hari imam Ali as melintasi jenazah yang tewas terbunuh yang mengenakan cincin akik di tangannya. Kepada para sahabatnya, Imam Ali as mengatakan, “Ambilkan untuknya cincinnya.” Para sahabat mengambil cincin milik orang yang terbunuh itu. Imam Ali as memandang cincin akik itu dan bertanya, “Mengapa kau tidak menjaga pemilik yang memakaimu?” (Menjaga yang dimaksud adalah melindungi pemiliknya dari ancaman terbunuh). Mendadak batu Akik mengeluarkan suara, “Wahai Ali! Aku bukan Akik Yamani.” (Ad-Durr ats-Tsamin, hal 73)
Jika bersandar pada dua riwayat tersebut maka batu Akik Yamani berwarna merah terlihat spesial. Namun tidak dapat dikatakan bahwa Akik dari berbagai wilayah lain tidak memiliki khasiat apapun, karena berdasarkan banyak riwayat, banyak imam maksum juga memakai Akik Romawi (al-Kafi, 6/470). Dan jika Akik Romawi tidak memiliki khasiat, para imam juga tidak akan memakainya. Begitu juga dengan nabi-nabi sebelum masa Islam Arab.
KEUTAMAAN AKIK
1. Batu Pertama yang Beriman Kepada Allah, Risalah Rasulullah dan Wilayah
Salman Al-Farisi meriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah Saw bersabda kepada Imam Ali as, “Wahai Ali, pakailah cincinmu di jari tangan kanan sehingga kau termasuk di antara orang-orang yang dekat dengan Allah Swt.”
Rasulullah menjawab, “Mereka adalah Jibril dan Mikail.”
Ali as kembali bertanya, “Cincin apa yang harus aku pakai?”
Rasulullah Saw menjawab, “Akik merah. Sesungguhnya batu Akik adalah gunung pertama yang mengakui ketauhidan Allah, kenabianku, dan kau sebagi wasi-ku serta kepemimpinan putra-putramu setelahmu, dan juga atas keberadaan surga untuk para pecintamu dan para pengikut keturunanmu.” (Bihar al-Anwar, 42/69 dan Wasail, 5/83)
2. Batu yang Paling Beriman
Imam Jakfar as-Shadiq as berkata, “Aku senang melihat setiap mukmin pengikut kami memakai lima cincin. Salah satunya adalah Akik. Karena Akik adalah batu yang paling beriman kepada Allah Swt dan kepada kami Ahlul Bait, di antara batu-batu lain.” (Jami al-Akhbar hal 134, Wasail 14/403 dan at-Tahdzib 6/37)
3. Gunung Pertama yang Berwilayah Kepada Amirul Mukminin
“Allah Swt menyampaikan kepemimpinan Amirul Mukminin as kepada para penghuni tujuh langit. Maka yang pertama beriman pada kepemimpian Amirul Mukminin adalah para penghuni langit ketujuh. Allah Swt kemudian menjadikan langit ketujuh sebagai Arsy-Nya. Kemudian para penghuni langit keempat beriman pada kepemimpinan Amirul Mukminin, Allah Swt pun menjadikan langit keempat sebagai Baitul Ma’mur. Kemudian para penghuni langit dunia beriman pada kepemimpinan Amirul Mukminin as, kemudian Allah Swt menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang. Setelah itu para penghuni di langit-langit berikutnya beriman pada kepemimpinan Amirul Mukminin as. Kemudian Allah Swt menyampaikan kepemimpinan Amirul Mukminin kepada bumi. Tempat pertama yang beriman adalah Mekah, kemudian Allah Swt meletakkan Ka’bah di sana. Setelah itu, Madinah beriman pada Amirul Mukminin as, maka Allah Swt menghiasi kota itu dengan keberadaan Rasulullah Saw. Kemudian kota Kufah dan Allah Swt menghiasinya dengan keberadan Ali bin Abi Thalib as. Allah menyampaikan kepemimpinan Amirul Mukminin as kepada gunung-gunung, maka gunung pertama yang meyakini kepemimpinan Amirul Mukminin adalah tiga gunung Akik, Piruz dan Ruby.” (Iqbal al-A’mal 2/262 dan Bihar al-Anwar 27/262)
4. Tasbih dan Istighfar untuk Para Pecinta Muhammad Saw dan Ahlul Bait as
Bashir menghadap Imam Jakfar as-Shadiq as dan berkata, “Jiwaku sebagai penebusmu! Batu apa yang harus aku pakai untuk cincinku?”
Beliau menjawab, “Wahai Bashir! Mengapa kau tidak memakai Akik merah, kuning dan putih? Sesungguhnya ketiganya adalah gunung di surga. Akik merah merindangi rumah Rasulullah Saw, Akik kuning merindangi rumah Fatimah az-Zahra as, dan Akik putih merindangi rumah Amirul Mukminin as. Semua rumah itu satu. Sesungguhnya ketiga gunung ini bertasbih dan bertamjid (memuji) serta beristighfar untuk para pecinta Ahlul Bait Muhammad.” (Amaali Thusi hal 38, Bisyarah al-Mustafa, hal 110 dan Bihar al-Anwar, 8/187)
5. Perbincangan Allah Swt dengan Nabi Musa as
Imam Shadiq as berkata, “Pakailah cincin dengan batu Akik. Karena sesungguhnya Allah Swt berfirman kepada nabi-Nya Musa as di atas gunung Akik dan di sana Musa as sampai pada derajat Kalimullah.” (Makarim al-Akhlaq, hal 87)
6. Mikraj Rasulullah Saw
Rasulullah Saw bersabda, “Pada malam ketika aku dalam perjalanan ke langit, aku sampai pada tingkat yang terdekat dengan Allah Swt, tidak dapat diungkapkan. Kemudian Allah Swt berbincang denganku melalui dua gunung Akik.” (Ma’ah Munqabah, hal 168 dan as-Syiah fi Ahadits al-Fariqain, hal 178)
MANFAAT AKIK
1. Menjauhkan Kemiskinan
Imam Ali ar-Ridha as menjelaskan salah satu manfaat batu Akik dan berkata, “(memakai) Akik akan menghilangkan kemiskinan dan kemunafikan.” (Kafi 6/470, Wasail, 5/85 dan Jami al-Akhbar, hal 133)
Imam Jakfar as-Shadiq as dalam sebuah hadis panjang menyinggung manfaat Akik dan berkata, “Aneh sekali jika ada orang yang memakai batu Akik dan tidak punya dirham dan dinar di sakunya.” (Makarim al-Akhlak, hal 88 dan Wasail, 5/91)
Imam Ali ar-Ridha as berkata, “Orang yang memakai Akik di jarinya, tidak akan miskin.” (Kafi, 6/471. Tsawab al-A’mal, hal 173, Jami al-Akhbar, hal 134 dan Wasail, 5/86)
2. Menambah Rejeki
Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Al-Baqir as, “Batu apa yang aku pakai untuk cincinku?”
Beliau menjawab, “Wahai Bashir! Mengapa kau tidak memakai Akik merah, kuning dan putih! Maka sesunggunya ketiganya adalah gunung di surga...” Sampai akhirnya beliau berkata, “Barangsiapa memakai salah satu di antara Akik ini dan dia juga pengikut kami Ahlul Bait, maka baginya tidak ada hal lain kecuali kebaikan dan keluasan rejeki serta terbebas dari ketergantungan terhadap orang lain.” (al-Amali, hal 38, Bihar al-Anwar, 37/42 dan Wasail, 5/88)
3. Menambah Pahala Shalat
Amirul Mukminin as berkata, “Orang yang memakai cincin Akik dan shalat dua rakaat dengannya (memakai cincin Akiknya), pahala dua rakaat itu sebanding dengan seribu rakaat shalat tanpa memakai cincin Akik.” (I’lam ad-Din, hal 393, Bihar al-Anwar, 80/187, Iddah ad-Da’i, hal 119 dan Wasail, 5/91)
4. Terhindar dari Tangan Terpotong dan Mencegah Pendarahan Parah
Pada suatu hari A’masy seorang sahabat Imam Shadiq as bersama beliau sedang berdiri di samping istana Mansur Dawaniqi, mendadak seorang laki-laki yang terkena hukuman keluar dari rumah. Kemudian beliau berkata, “Wahai A’masy! Lihat dan perhatikan apa cincin orang itu!”
A’mash pun pergi dan melihatnya, kemudian berkata, “Wahai putra Rasulullah! Batu cincinnya bukan Akik.”
Imam kemudian berkata, “Wahai A’mash! Ketahuilah jika batu cincinnya Akik, maka dia tidak akan terhukum.”
A’mash berkata, “Wahai putra Rasulullah! Katakan kepadaku lebih banyak apa manfaat cincin Akik.”
Imam menjawab, “Memakai cincin Akik akan mencegah tangan terpotong.”
A’mash bertanya, “Apalagi khasiat lainnya?”
Imam menjawab, “Mencegah pendarahan parah.” (Makarim al-Akhlak, hal 88 dan Wasail, 5/91)
5. Mempercepat Terkabulkannya Doa
Imam Jakfar as-Shadiq as dalam sebuah hadis menjelaskan manfaat cincin Akik dan mengatakan, “Allah Swt menyukai tangan yang terangkat untuk berdoa dan memakai cincin Akik.” (Makarim al-Akhlak, hal 88 dan Wasail, 5/91)
Amirul Mukminin as berkata, “Tidak ada tangan yang lebih dicintai Allah Swt ketika berdoa daripada tangan yang memakai cincin Akik.” (I’lam ad-Din, hal 392 dan Bihar al-Anwar, 80/187)
Imam Sajjad as berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa yang memakai cincin Akik (dan berdoa) Allah Swt akan mengabulkan permintaannya.” (al-Kafi, 6/470 dan Wasail, 5/86)
6. Mencegah Penyiksaan dan Hukuman dari Para Penguasa Zalim
Suatu hari seorang lelaki melintas di depan Imam Muhammad Baqir as yang sebelumnya dia telah dizalimi dan dihukum oleh penguasa Bani Umayah. Imam kepada perawi hadis mengatakan, “Mengapa dia tidak memakai cincin Akik? Ketahuilah bahwa jika dia memakainya, maka dia tidak akan terhukum (sementara dia tidak berhak dihukum).” (Tsawab al-A’mal, hal 174, Jami al-Akhbar, hal 134 dan Wasail, 5/90)
7. Terjaga dari Keburukan Penguasa Zalim dan Ancaman
Imam Muhammad Al-Baqir as berkata, “Memakai cincin Akik, akan menjaga manusia dari keburukan para penguasa zalim serta dari apa saja yang ditakuti dan dikhawatirkannya.” (al-Aman, hal 52, al-Amali, hal 38, Wasail, 5/88 dan Bihar al-Anwar, 37/42)
Pada suatu hari, penguasa kota menginstruksikan penangkapan seorang sayid tanpa dia pernah melakukan kesalahan. Ketika para tentara sedang menyeretnya, Imam Jakfar as-Shadiq as melihat peristiwa itu dan berkata, “Bawakan untuknya cincin Akik.” Keluarga sayid itu membawakan cincin Akik kepadanya, dengan demikian dia tidak diganggu atau disiksa oleh penguasa.” (al-Kafi, 6/471, Tsawab al-A’mal, hal 174, Makarim al-Akhlak, hal 89 dan Wasail, 5/89)
8. Berada di Bawah Naungan Allah Swt dan Wali-Nya
Ismail, putra Imam Jakfar as-Shadiq as menukil riwayat dari Imam Muhammad Baqir as yang berkata, “Wahai putraku! Barangsiapa yang tidur malam sedangkan dia memakai cincin Akik dan ketika bangun pagi, sebelum dia melihat orang lain dia melihat batu cincinnya dan membaca surat al-Qadar, kemudian membaca:
آمَنتُ بِااللّهِ وَحدَهُ لَا شَرِیکَ لَهُ وَکَفَرتُ بِالجِبتِ وَ الطَغُوتِ و آمَنتُ بِسِرِّ آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَانِیَّتِهِم وَ ظَاهِرِهِم وَ بَاطِنِهِم وَ اَوَّلِهِم وَ آخِرِهِم
Maka di hari di mana segala keburukan diturunkan dari langit, Allah Swt akan mengangkatnya ke langit, serta mengeluarkannya dari segala keburukan yang menimpa bumi dan dia akan dijaga oleh Allah Swt dan para wali-Nya sampai malam hari.” (al-Aman, hal 52, Miftah al-Fallah, hal 19, Wasail, 5/91 dan al-Mustadrak, 3/297)
9. Hiriz (penjagaan) Keselamatan dari Segala Bencana
Amirul Mukminin as berkata, “Pakailah cincin Akik karena akan membawa berkah bagi kalian dan agar kalian terjaga dari petaka dan bencana.” (I’lam ad-Din, hal 392, Makarim al-Akhlak, hal 88, Wasail, 5/90 dan Jami al-Akhbar, hal 134)
Bashir bertanya kepada Imam Muhamamd Baqir as, “Batu apa yang harus aku pakai untuk cincinku?”
Imam menjawab, “Wahai Bashir! Mengapa kau lalai terhadap Akik merah, kuning dan putih? Barangsiapa memakainya di jarinya, dia akan terjaga dari segala petaka dan bencana.” (Amali Thusi, hal 38, al-Aman, hal 52, Bihar al-Anwar, 37/42 dan Wasail, 5/88)
10. Sebagai Penjaga Pemakainya dalam Perjalanan
Imam Jakfar as-Shadiq as berkata, “Akik adalah hiriz (penjaga) dalam perjalanan dan memakai cincin Akik ketika bepergian akan menjaganya dari bahaya dalam perjalanan.” (al-Kafi, 6/470, al-Aman, hal 52 dan Wasail, 5/89-90)
Seorang sahabat Rasulullah Saw berkata, “Pada suatu hari seorang lelaki menghadap Nabi Saw dan mengeluh tentang perampokan di tengah perjalanan dan lenyapnya seluruh hartanya.”
Beliau bersabda, “Mengapa kau tidak memakai cincin Akik? Maka sesungguhnya cincin Akik akan menjaga manusia dari segala keburukan.” (Tsawabul Amal, hal 174, Jami al-Akhbar, hal 134, Iddah ad-Da’i, hal 118 dan Wasail, 5/89)
11. Kebaikan Manusia dalam Kehidupan
Perawi bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as, “Batu apa yang harus aku pakai untuk cincinku?”
Imam menjawab, “Wahai Bashir! Mengapa kau lalai terhadap Akik merah, kuning dan putih? Barangsiapa dari pengikut Ahlul Bait as memakai salah satu dari tiga Akik tersebut, dia tidak akan apapun dari kehidupan ini kecuali kebaikan dan berkah.” (al-Amali hal 38, Wasail, 5/88 dan Bihar al-Anwar, 37/42)
Sayidah Fatimah az-Zahra as menukil hadis dari Rasulullah Saw yang bersabda, “Barangsiapa memakai cincin Akik, maka dia akan selalu melihat kebaikan.” (al-Amali, hal 311 dan Wasail, 5/88)
Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang memakai cincin Akik, maka nasibnya akan berakhir dengan baik.” (Da’aim al-Islam, 2/164 dan Mustadrak, 3/295)
12. Terselamatkan dari Azab Allah Swt
Imam Musa al-Kazhim as menukil hadis dari para kakeknya dan berkata, “Ketika Allah Swt menciptakan Musa bin Imran dan berfirman kepadanya, kemudian Allah Swt memberikan inayah kepada para penghuni bumi dan menciptakan gunung Akik dari cahaya wajah Musa. Kemudian Allah Swt bersumpah, demi kemuliaan-Ku, tidak akan Kubakar dan Kusiksa tangan yang memakai cincin Akik, dengan syarat dia menerima wilayah (kepemimpinan) Ali as di hatinya.” (Tsawab al-A’mal, hal 175, Jami al-Akhbar, hal 134, Bihar al-Anwar, 42/62 dan Wasail, 5/87)
Salman dan Ibn Abbas meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw dan berkata, “Dalam perjalanan ke Mikraj, aku sampai pada tingkat yang terdekat dengan dengan Allah Swt, tidak dapat diungkapkan. Kemudian Allah Swt berbincang denganku melalui dua gunung Akik. Allah kemudian berfirman, ‘Wahai Ahmad! Sebagaimana Aku menciptakanmu dan Ali dari cahaya-Ku, dan dua gunung Akik ini dari wajah cahaya Ali bin Abi Thalib as. Maka demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, Aku bersumpah, sesungguhnya Aku ciptakan dua gunung Akik ini sehingga menjadi pertanda orang-orang mukmin di antara makhluk dan ciptaan-Ku. Sesungguhnya Aku bersumpah demi kemuliaan-Ku bahwa sesungguhnya Aku telah mengharamkan api neraka jahannam bagi tangan yang memakai cincin Akik dan menerima wilayah (kepemimpinan) Ali as di hatinya dan menjadi Syiahnya.” (Mi’ah Munqabah, hal 169 dan al-Syiah fi Ahadits al-Fariqain, hal 178)
13. Menjauhkan Kesedihan dan Membawa Kebahagiaan
Rasulullah Saw bersabda, “Pakailah cincin Akik. Sesungguhnya selama kalian memakai cincin Akik maka kesedihan dan kegalauan tidak akan masuk dalam hati kalian.” (Uyun Akhbar ar-Ridha, 2/47, Wasail, 5/86, Makarim al-Akhlak, hal 87 dan Sahifah ar-Ridha, hal 62)
KISAH DAN KEUTAMAAN LAIN AKIK
1. Sedekah Amirul Mukminin Ketika Sedang Shalat
Disebutkan dalam kitab-kitab sejarah, ketika seorang laki-laki fakir masuk ke masjid dan meminta bantuan, tidak ada sahabat yang memberi kecuali Imam Ali as yang saat itu sedang menunaikan shalat dan melepas cincinnya untuk diberikan kepada si fakir itu.
Kemudian Allah Swt mewahyukan ayat:
إِنَّما وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَ رَسُولُهُ وَ الَّذينَ آمَنُوا الَّذينَ يُقيمُونَ الصَّلاةَ وَ يُؤتُونَ الزَّكاةَ وَ هُم راكِعُونَ - المائده - 55
Cincin Imam Ali as yang diberikan kepada fakir itu adalah cincin dengan batu Akik Yamani.
2. Adab Istikharah
Disebutkan dalam kitab Misbah al-Kaf’umi tentang cara-cara dan amalan mustahab dalam beristikharah, yaitu dengan mengenakan cincin Akik bertuliskan محمد و علی di tangan kanan kemudian beristikharah dengan tasbih. (Misbah al-Kaf’umi, hal 392)
3. Menguburkan Jenazah
Salah satu amalan para ulama terdahulu ketika menguburkan jenazah adalah dengan menuliskan nama Allah Swt dan nama 14 maksumin di permukaan batu Akik Yamani dan memasukkannya ke mulut sang mayit sebelum dibukurkan. (Fallah as-Sa’il, hal 75 dan Bihar al-Anwar, 79/51) (IRIB Indonesia / Muiz Sulistiono)
Sumber: Sangha ba Khavas Ejab Angiz, Movahed Abtahi, Atr-e Etrat, 1391, Qom
Lalu sebaiknya dipake tangan kanan ataukah tangan kiri?
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq berkata,”Aku menyaksikan ash Shalt bin Abdullah bin Naufal bin Abdul Mutthallib mengenakan cincin di jari kelingking kanan.” Maka aku mengatakan,”Apa ini?’ dia menjawab,’Aku pernah melihat Ibnu Abbas mengenakan cincinnya seperti ini dan menjadikan batu cincinnya dibagian luarnya.’ Dia mengatakan,’Tidaklah Ibnu Abas meyakini hal itu kecuali dia menyebutkan bahwa Rasulullah saw mengenakan cincinnya seperti itu.’ (HR. Abu Daud)
Al Mundziri mengatakan,”hadits ini dikeluarkan at Tirmidzi.” Dan dia juga berkata,”Telah berkata Muhammad bin Ismail yaitu al Bukhori bahwa Hadits Muhammad bin Ishaq dari ash Shalt bin Abdullah bin Naufal ini adalah hadits hasan.” Imam Muslim didalam shahihnya dari hadits Tsabit dari Anas bin Malik berkata,”Cincin Nabi saw dikenakan di sini, dia mengisyaratkan kepada jari kelingking kirinya.” Dan An Nasai juga mengeluarkan hadits seperti ini.
Adh Dhaya’i juga mengeluarkan hadits Qatadah dari Anas berkata,”Bahwa aku melihat putihnya cincin Nabi saw di jari kirinya.” Dan orang-orang didalam sanad hadits ini bisa dijadikan argumentasi didalam keshahihanya. At Tirmidzi juga mengeluarkan hadits Abi Ja’far Muhammad dari bapaknya berkata,”Hasan dan Husein mengenakan cincin di tangan kirinya.” Dan dia mengatakan bahwa hadits ini shahih. (Aunul Ma’bud, juz XI hal 210)
Dari beberapa riwayat hadits diatas tampaklah bahwa ada riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah saw mengenakan cincin pada jari kelingking kanannya namun ada juga riwayat yang menyebutkan pada jari kelingking kirinya.
Para ulama berbeda pendapat didalam menggabungkan hadits-hadits yang berbeda tersebut. Ada diantara mereka yang menyamakan kedua hal tersebut, artinya cincin itu bisa dikenakan di jari kanan atau kiri. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa pada awalnya Rasulullah saw mengenakan cincin pada tangan kanan namun kemudian beliau saw memindahkannya ke tangan kiri.
Adapun pendapat Imam Nawawi didalam Syarh Muslimnya menyebutkan bahwa ijma’ para fuqaha membolehkan pengenaan cincin pada tangan kanan dan membolehkannya pada tangan kiri serta keduanya tidaklah dimakruhkan. Mereka berbeda pendapat tentang yang paling utama karena banyak para ulama salaf mengenakan cincin di tangan kanan dan banyak pula di tangan kiri. Malik menganjurkan untuk dikenakan ditangan kiri dan memakruhkan pengenaannya di tangan kanan. Sedangkan didalam madzhab kami (Syafi’i) bahwa tangan kanan lebih utama karena ia adalah hiasan sedangkan tangan kanan lebih mulia dan lebih berhak untuk perhiasan dan kemuliaan. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XIV hal 102)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus